Senin, 22 Desember 2014


Kloning Terhadap Ternak



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Berkembangnya ilmu pengetahuan yang ada dan semakin canggih dari tahun ke tahun membuat para peneliti semakin gencar-gencarnya untuk terus melakukan penelitian. Kita ketahui salah satu ilmu yang banyak di teliti hingga sekarang salah satunya adalah ilmu embriologi. Begitu banyak perkembangan ilmu embriologi dari masa ke masa. Pengertian  Embriologi atau ilmu embrio merupakan bidang ilmu yang mempelajari bagaimana sel tunggal membelah dan berubah selama perkembangan untuk membentuk organisme multiseluler. Proses ini dinamakan embriogenesis. Salah satu bentuk perkembangan Embriologi adalah adanya kloning,Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama (populasi) yang identik secara genetik.
Kecanggihan alat di era modern membuat kloning bisa dilakukan. Membuat individu baru hanya menggunakan gen yang terdapat dalam salah satu organ peneliti dapat menciptakan individu baru yang identik dengan pemilik gen. Kloning yang pertama kali dilakukan Wilmut dan Champbell, tim ilmuwan Edinburg (Skotlandia) menghasilkan domba  yang diberi nama dollyseekor domba betina. Dolly adalah mamalia pertama yang berhasil dikloning dari sel dewasa  lahir di Institut Roslin, Skotlandia dan tinggal di sana hingga kematiannya pada usia 6 tahun. Kelahirannya diumumkan pada 22 Februari1997.Penelitian membeberkan bahwa ketika Dolly lahir, ternyata dia usianya sudah beberapa tahun, sama dengan usia donor sel yang diperolehnya.
Begitu banyak bahasan yang ada pada kloning. Dan percobaan kloning biasanya dilakukan pada hewan. Rasa ingin tau lebih membuat kami mencari tau dari beberapa sumber mengenai kloning. Bahasan lebih tentang kloning akan kami bahas pada makalah ini.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kloning?
2.      Bagaimana cara kerja kloning?
3.      Apa dampak dari kloning?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui proses kloning pada ternak
2.      Untuk mengetahui pengaruh kloning terhadap lingkungan sekitar

1.4  Manfaat
Setelah mempelajari proses kloning pada ternak dan mengetahui pengaruh cloning terhadap lingkungan sekitar penulis berharap dapat mengimplementasikan serta mengaplikasikan ilmu mengenai kloning pada masyarakat.


BAB II
KLONING PADA HEWAN TERNAK


2.1 Definisi Kloning

Kloning berasal dari kata ‘clone’, artinya mencangkok. Secara sederhana bisa dipahami, teknik ini adalah  cara reproduksi vegetatif buatan yang dilakukan pada hewan dan atau manusia.Seperti yang kita ketahui bahwa mayoritas hewan, termasuk manusiahanya bisa melakukan reproduksi generatif (kawin) yang dicirikan adanya rekombinasi gen hasil proses fertilisasi ovum oleh sperma. Sedangkan  pada reproduksi vegetatif tidak ada proses tersebut, karena individu  baru (baca: anak) berasal dari bagian tubuh tertentu dari induknya. Dengan teknik kloning, hewan dan manusia bisa diperbanyak secara vegetatif (tanpa kawin).
Teknik ini melibatkan dua pihak, yaitu donor  sel  somatis (sel tubuh) dan donor ovum (sel gamet). Meskipun pada proses ini kehadiran induk betina adalah hal yang mutlak dan tidak mungkin dihindari, tetapi pada proses tersebut tidak ada fertilisasi dan   rekombinasi (perpaduan) gen dari induk jantan dan induk betina. Ini mengakibatkan anak yang dihasilkan memiliki sifat yang (boleh dikatakan) sama persis dengan ‘induk’ donor sel somatis.
Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama (populasi) yang identik secara genetik. Kloning merupakan proses reproduksi aseksual yang biasa terjadi di alam dan dialami oleh banyak bakteria, serangga, atautumbuhan. Dalam bioteknologi, kloning merujuk pada berbagai usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk menghasilkan salinan berkas DNA atau gen, sel, atau organisme. Arti lain kloning digunakan pula di luar ilmu-ilmu hayati.
Kata ini diturunkan dari kata clone atau clon, dalam bahasa inggris, yang juga dibentuk dari katabahasa yunani, “klonos” yang berarti “cabang” atau “ranting”, merujuk pada penggunaan pertama dalam bidang hortikultura sebagai bahan tanam dalam perbanyakan vegetatif.



2.2 Macam-macam Kloning

Macam-macam kloning yang ada saat ini, hampir dapat dilakukan untuk semua jenis makhluk hidup. Walaupun pada dasarnya, kloning masih menjadi perdebatan yang sengit antara ilmu pengetahuan, penelitian dan kemanusiaan. Di bawah ini dijelaskan macam-macam kloning, yaitu sebagai berikut:

2.2.1 Kloning pada tumbuhan
Kloning pada tumbuhan yaitu mencangkok atau menstek tanaman untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat persis sama dengan induknya.

2.2.2 Kloning pada hewan
Kloning pada hewan pertama kali dicoba pada tahun 1950-an pada hewan katak, tikus, kera dan bison juga pada domba, dan dalam kelanjutannya proses yang berhasil hanyalah percobaan Kloning pada domba. Awal mula proses pengkloningan domba adalah dengan mengambil inti sel dari tubuh domba, yaitu dari payudara atau ambingnya lalu sifat khusus yang berhubungan dengan fungsi ambing ini dihilangkan, kemudian inti sel tersebut dimasukkan kedalam lapisan sel telur domba, setelah inti selnya dibuang kemudian ditanamkan kedalan rahim domba agar memperbanyak diri, berkembang berubah menjadi janin dan akhirnya di hasilkan bayi domba. Pada akhirnya domba ini mempunyai kode genetic yang sama dengan domba pertama yang menjadi sumber pengambilan sel ambing.

2.2.3 Kloning pada embrio
Kloning embrio tejadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri yang terbentuk dari pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel telurnya lalu sel embrio itu dibagi dengan satu teknik perbanyakan menjadi beberapa sel embrio yang berpotensi untuk membelah dan berkembang. Kemudian sel-sel embrio itu dipisahkan agar masing-masing menjadi embrio tersendiri yang persis sama dengan sel embrio pertama yang menjadi sumber pengambilan sel. Selanjutnya sel-sel embrio itu dapat ditanamkan dalam rahim perempuan asing (bukan isteri), atau dalam rahim isteri kedua dari suami bagi isteri pertama pemilik sel telur yang telah dibuahi tadi. Yang selanjutnya akan menghasilkan lebih dari satu sel embrio yang sama dengan embrio yang sudah ada. Lalu akan terlahir anak kembar yang terjadi melalui proses Kloning embrio ini dengan kode genetik yang sama dengan embrio pertama yang menjadi sumber Kloning.

2.2.4 Kloning  pada manusia
Kloning pada manusia terdapat dua cara. Petama, Kloning manusia dapat berlangsung dengan adanya laki-laki dan perempuan dalam prosesnya. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel dari tubuh laki-laki, lalu inti selnya diambil dan kemudian digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini –setelah bergabung dengan inti sel tubuh laki-laki– lalu ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan agar dapat memeperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dila¬hirkan sebagai bayi. Bayi ini merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan laki-laki yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh.
Kedua, Kloning manusia dapat pula berlangsung di antara perempuan saja tanpa memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel dari tubuh seorang perempuan, kemudian inti selnya diambil dan digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini setelah bergabung dengan inti sel tubuh perempuan lalu ditransfer ke dalam rahim perempuan agar memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan perempuan yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh. Hal tersebut mirip dengan apa yang telah berhasil dilakukan pada hewan domba.
Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam proses Kloning, sifat-sifat yang diturunkan hanya berasal dari orang yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh, baik laki-laki maupun perempuan. Dan anak yang dihasilkan akan memiliki ciri yang sama dengan induknya dalam hal penampilan fisiknya seperti tinggi dan lebar badan serta warna kulit dan juga dalam hal potensi-potensi akal dan kejiwaan yang bersifat asli. Dengan kata lain, anak tersebut akan mewarisi seluruh ciri-ciri yang bersifat asli dari induknya. Sedangkan ciri-ciri yang diperoleh melalui hasil usaha, tidaklah dapat diwariskan. Jika misalnya sel diambil dari seorang ulama yang faqih, atau mujtahid besar, atau dokter yang ahli, maka tidak berarti si anak akan mewarisi ciri-ciri tersebut, sebab ciri-ciri ini merupakan hasil usaha, bukan sifat asli.
2.2.5 Kloning Gen
Kloning gen merupakan suatu terobosan baru untuk mendapatkan sebuah gen yang mungkin sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Kloning gen meliputi serangkaian proses isolasi fragmen DNA spesifik dari genom suatu organisme, penentuan sekuen DNA, pembentukan molekul DNA rekombinan, dan ekspresi gen target dalam sel inang.
Penentuan sekuen DNA melalui sekuensing bertujuan untuk memastikan fragmen DNA yang kita isolasi adalah gen target sesuai dengan kehendak kita. Gen target yang kita peroleh selanjutnya kita klon dalam sebuah vektor (plasmid, phage atau cosmid) melalui teknologi DNA rekombinan yang selanjutnya membentuk molekul DNA rekombinan. DNA rekombinan yang dihasilkan kemudian ditransformasi ke dalam sel inang (biasanya sel bakteri, misalnya strain E. coli) untuk diproduksi lebih banyak. Gen-Gen target yang ada di dalam sel inang jika diekspresikan akan mengahsilkan produk gen yang kita inginkan.
2.2.6 Tanaman Transgenik
Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.
Secara ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika melalui transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman sebelumnya.
Secara epistemologi, proses pembuatan tanaman transgenik sebelum dilepas ke masyarakat telah melalui hasil penelitian yang panjang, studi kelayakan dan uji lapangan dengan pengawasan yang ketat, termasuk melalui analisis dampak lingkungan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Secara aksiologi: berdasarkan pendapat kelompok masyarakat yang pro dan kontra tanaman transgenik memiliki manfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk, tetapi manfaat tersebut belum teruji, apakah lebih besar manfaatnya atau kerugiannya.
2.3 Kloning pada Ternak
Pada domba dolly langkah kloning dimulai dengan pengambilan sel puting susu seekor domba. Sel ini disebut selsomatis (sel tubuh). Dari domba betina lain diambil sebuah ovum (sel telur) yang kemudian dihilangkan inti selnya. Proses berikutnya adalah   fusi (penyatuan) dua sel tersebut dengan memberikan kejutan listrik yang   mengakibatkan ‘terbukanya’ membran sel telur sehingga kedua sel bisa menyatu. Dari langkah ini telah diperoleh sebuah sel telur yang berisi inti sel somatis. Ternyata hasil fusi sel tersebut memperlihatkan sifat   yang mirip dengan zigot, dan akan mulai melakukan proses pembelahan.
Sebagailangkah terakhir,‘zigot’ tersebut akan ditanamkan pada rahim induk   domba betina, sehingga sang domba tersebut hamil. Anak domba yang lahir   itulah yang dinamakan Dolly, dan memiliki sifat yang sangat sangat mirip dengan domba donor sel puting susu tersebut di atas.
Dollylahir dengan selamat dan sehat sentausa. Sayangnya selama perjalanan   hidupnya diagampang sakit dan akhirnya mati pada umur 6 tahun, hanya   mencapai umur separoh darirata-rata masa hidup domba normal. Padahal   kloning yang dilakukan pada hewan spesies lain tidak mengalami masalah.
Dari hasil penyelidikan kromosomal, ternyata ditemui bahwa Dolly mengalami pemendekan telomere. Telomere adalah suatu pengulangan sekuen DNA yang biasa didapatidiujung akhir sebuah kromosom. Uniknya, setiap kali sel membelah dan   kromosom melakukan replikasi, sebagian kecil dari ujung kromosom ini selalu hilang entah kemana. Penyebab dan mekanismenya juga belum   diketahui sampai sekarang.
Masalah pemendekan telomere ini diketahui menyebabkan munculnya sinyal agar selberhenti membelah. Hal inilah yang diduga berhubungan erat denganpercepatan penuaan dan kematian. Pemendekan telomere ini ternyatadisebabkan oleh aktivitas enzim  yang dikenal dengan telomerase.
Sejalandengan perkembangan teknik kloning, para ilmuwan telah mampu membuka harapan besar untuk menghidupkan kembali satwa-satwa yang telah punah.   Seorang profesor Biologi asal Jepang, Teruhiko Wakayama, berhasil membuat kloning dari seekor mencit yang telah beku selama dua dekade. Keberhasilan ini memicu kemungkinan terobosan yang lebih spektakulerlagi, yakni ‘membangkitkan kembali’ makhluk hidup yang telah punah. Misalnya burung Dodo (Raphus cucullatus), serigala Tasmania (Thylacinus cynocephalus), Quagga (Equus quagga), sampai beberapa subspesies dari harimau yang telah punah (Panthera tigris balica, Panthera tigris sondaicus). Ini bukan isapan jempol belaka. Para ilmuwan di San Diego telah mengambil sedikit jaringan dari spesimen awetan banteng Jawa yang telahmati selama beberapa tahun, kemudian mengisolasi DNA banteng Jawa tersebut dan memasukkan inti sel sintesis ke sel telur sapi biasa.Hasilnya, dua ekor banteng Jawa berhasil dilahirkan dari rahim sapi   biasa. Jadi impian menghidupkan spesies yang telah punah, sepertiJurassic Park, tidak lagi dianggap science-fiction belaka.

2.4 Dampak Kloning
Teknologi reproduksi yang dikembangkan oleh manusia bertujuan untuk memberi keuntungan atau meningkatkan kesejahteraan manusia. Namun. teknologi reproduksi juga tidak lepas dari dampak negatif yang dapat ditimbulkannya. Oleh karena itu, setiap teknologi reproduksi yang ditemukan atau dikembangkan oleh para ahli saat ini selalu menimbulkan pro dan kontra baik di kalangan para ahli sendiri maupun kalangan masyarakat.
2.4.1        Dampak Positif Teknologi Reproduksi
l  Menumbuhkan individu baru yang bebas penyakit keturunan seperti diabetes, leukimia, parkison dan obesitas.
l  Pengklonan sel kloning dapat menghasilkan sel, jaringan, atau organ yang sesuai untuk pengobatan beberapa penyakit yang disebabkan oleh kegagalan atau kerusakan fungsi suatu organ.
l  Pengkloningan akan sangat bermanfaat dilakukan pada hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan pangan. Misalnya pengkloningan kembar pada sapi untuk menghasilkan keturunan yang lebih banyak  selama satu periode kelahiran dengan tujuan untuk menigkatkan produksi protein asal daging sapi.
l  Alternatif untuk melestarikan hewan langka, sehingga keberadaan hewan - hewan langka terus bisa dilestarikan.

2.4.2        Dampak Negatif Teknologi Reproduksi
·         Dapat disalahgunakan untuk menciptakan spesies atau ras baru dengan tujuan tertentu yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
·         Kloning pada hewan belum sepenuhnya sempurna, contohnya domba Dolly ternyata menderita berbagai penyakit yang akhirnya memaksa para ilmuan untuk melakukan eutanasi.
·         Terjadi kekacauan kekerabatan dan identitas diri dari hasil kloning maupun induknya.
·         Individu hasil kloning tidak akan mendapatkan imunitas bawaan, sehingga individu hasil kloning tersebut akan mudah terserang penyakit karena tidak mendapatkan imunitas bawaan sebagai pertahanan pertama terhadap infeksi penyakit.
·         Berkurangnya keanekaragaman suatu spesies, karena individu yang dihasilkan dari proses pengkloningan sama persis dengan DNA maupun sifat dan fisik induknya.
·         Individu hasil kloning sel - selnya diperoleh dari induknya. Ini berarti umur sel - sel hasil kloning pun sama dengan umur sel - sel induknya. Oleh karena itu, individu hasil kloning pun akan memiliki umur sama dengan induknya.


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kloning merupakan bukti dari perkembangan teknologi di bidang embriologi yang memiliki banyak hal positif jika di manfaatkan dengan baik. Namun jika disalahgunakan bisa berdampak buruk pula bagi ilmu ini. Teknologi kloning pada hewan dapat bermanfaat untuk menemukan bibit unggul yang baik untuk di kembangkan karena memiliki sifat unggul sama seperti induknya. Sedangkan jika kloning pada hewan dapat dilakukan, maka tidak menutup kemungkinan kloning juga dapat dilakukan pada manusia. Kloning pada hewan maupun pada manusia sampai saat ini masih banyak dipertentangkan karena akibat yang mungkin akan ditimbulkannya yang tentunya merugikan.


Daftar Pustaka

Kloning Hewan.blogspot.com
Diakses tanggal 20 Nopember 2014. 15.34. kloningpadahewan-130526091545-phpapp02
Tekno.blogspot.com
Diakses tanggal 20 Nopember 2014. 15.45. teknologi-cloning-untuk-menciptakan-makhluk-hidup-tanpa-perkawinan

Minggu, 20 Oktober 2013

Laporan Biologi Uji Kandungan Zat Makanan


LAPORAN BIOLOGI

Uji Kandungan Zat Makanan
NAMA KELOMPOK :

1. Adella Safitri              (01)
2. Ananda Tri W.           (04)
3. Mirza Asafaizh A       (22)
4. Nur Rachman            (26)
5. Rindan Novanti          (28)
6. Yulia Dewi P.             (36)

XI IPA 1


SMA NEGERI 1 TAMAN SIDOARJO
2012 - 2013

I. Tujuan Pengamatan
          Mengetahui kandungan zat karbohidrat, protein, lemak, ataukah glukosa pada bahan makanan yang diuji.

II. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana reaksi bahan makanan setelah ditetesi larutan lugol ?
2.      Bagaimana reaksi bahan makanan setelah ditetesi larutan biuret ?
3.      Bagaimana reaksi bahan makanan setelah ditetesi larutan fehling A + B  ?
4.      Bagaimana bekas noda pada kertas buram setelah mengoles bahan makanan di atasnya ?

III. Alat dan Bahan


1.      Nasi
2.      Kentang Rebus
3.      Ketela Rebus
4.      Bayam
5.      Buah Tomat
6.      Buah Pir
7.      Tempe
8.      Tahu
9.      Telur Rebus
10.  Telur Mentah
11.  Kertas Buram
12.  Mortar
13.  Tabung Reaksi
14.  Pengaduk
15.  Pembakar Spiritus
16.  Penjepit Tabung Reaksi
17.  Pipet Tetes
18.  Lumpang Porselen
19.  Lugol
20.  Biuret
21.  Fehling A
22.  Fehling B



IV. Cara Kerja
1.      Menyiapkan alat dan bahan di atas meja pengamatan.
2.      Menghaluskan salah satu bahan makanan dengan menggunakan mortar.
3.      Menaruh bahan makanan ke lumpang porselen menggunakan ujung pengaduk dan membagi menjadi 2 bagian.
4.      Menetesi cairan lugol pada salah satu bagian bahan makanan tadi sebanyak 2 tetes menggunakan pipet tetes.
5.      Menetesi cairan biuret pada salah satu bagian lain bahan makanan tadi sebanyak 2 tetes menggunakan pipet tetes.
6.      Mengamati reaksi pada bahan makanan tadi setelah ditetesi cairan.
7.      Menyalakan pembakar spiritus.
8.      Memberi air pada bahan makan yang telah dilumatkan, lalu memasukkannya ke dalam tabung reaksi.
9.      Menetesi cairan fehling A dan fehling B ke dalam tabung reaksi masing – masing sebanyak 4 tetes.
10.  Memanaskan tabung reaksi dan menjepitnya menggunakan penjepit tabung dengan menggoyang – goyang di atas pembakar spiritus agar tidak terbakar tabungnya.
11.  Mengamati reaksi pada bahan makanan tadi setelah dipanaskan.
12.  Mengoleskan bahan makanan di atas kertas buram dan menunggu sekitar 1 menit, lalu mengamati bekas noda pada kertas buram tersebut.
13.  Melakukan cara yang sama pada semua bahan makanan.



V. Hasil Pengamatan

No
Nama Bahan
Warna Setelah ditetesi
Noda / Tidak
Keterangan
Lugol
Biuret
Fehling A + B
1.
Nasi
Biru Kehitaman
Biru
Hijau Tua
Tidak
Mengandung Karbohidrat dan Glukosa
2.
Kentang rebus
Biru Kehitaman
Kuning
Hijau Tua
Tidak
Mengandung Karbohidrat dan Glukosa
3.
Ketela rebus
Biru Kehitaman
Kuning
Hijau Tua
Ada
Mengandung Karbohidrat, Glukosa dan Lemak
4.
Bayam
Tetap Hijau
Hijau
Hijau
Tidak
Mengandung Glukosa
5.
Tomat
Tetap Orange
Tetap Orange
Hijau
Ada
Mengandung Glukosa dan Lemak
6.
Buah Pir
Tetap Putih Kecoklatan
Tetap Putih Kecoklatan
Orange Kemerahan
Tidak
Mengandung Glukosa
7.
Tahu
Biru Kehitaman
Ungu
Biru Keunguan
Tidak
Mengandung Karbohidrat dan Protein
8.
Tempe
Biru Kehitaman
Ungu
Biru Keunguan
Ada
Mengandung Karbohidrat, Protein dan Lemak
9.
Kuning telur
Tetap Kuning
Ungu
Ungu
Tidak
Mengandung Protein
10.
Putih telur
Tetap Putih
Ungu
Ungu
Tidak
Mengandung Protein

VI. Kesimpulan
            Bahan makanan yang ditetesi lugol akan berwarna biru kehitaman, maka bahan makanan tersebut mengandung karbohidrat/amilum. Sedangkan bahan makanan yang ditetesi biuret akan berwarna ungu, maka bahan makanan tersebut mengandung protein. Dan jika bahan makanan yang ditetesi fehling A + B lalu dipanaskan akan berwarna hijau atau merah bata, maka bahan makanan tersebut mengandung glukosa. Setelah bahan makanan dioleskan diatas kertas buram dan akan meninggalkan bekas berminyak dan tembus pandang, maka bahan makanan tersebut mengandung lemak.